ZONA EKSPRES – Hari Pers Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 Februari menjadi momentum penting untuk merefleksikan peran pers dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam menjunjung kebebasan berekspresi dan menyuarakan kebenaran tanpa intimidasi.
Pers memiliki fungsi utama sebagai media yang menjembatani informasi dari berbagai pihak kepada publik. Namun, di tengah perkembangan zaman, muncul kekhawatiran bahwa kebebasan pers semakin tergerus.
“Esensi pers yaitu mediasi, yang dimana memediasi yang tidak sampai kepada publik. Yang jelas pers itu harus tidak ada intimidasi dan harus berani menunjukan kebebasan berekspresi nya.” ungkap Edi Risana kepada Redaksi Zona Ekspres pada (9/2/2025).
Ia menambahkan bahwa seni dan pers memiliki keterkaitan yang erat. Seni tidak terbatas oleh ruang dan waktu, begitu pula dengan media yang berperan dalam menyampaikan ekspresi budaya, berita, dan berbagai isu penting kepada masyarakat.
“Pers adalah ujung tombak dalam menyebarkan informasi dari sebuah lembaga kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, media harus cerdik dalam menyusun narasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik,” ungkapnya.
Di sisi lain, kondisi politik di Indonesia juga menjadi sorotan dalam peringatan Hari Pers Nasional ini.
Edi Risana juga menilai bahwa situasi politik masih carut-marut, di mana diskusi publik yang melibatkan akademisi, pejabat, dan tokoh masyarakat sering kali tidak mampu menghadirkan transparansi dan keadilan yang diharapkan.
“Politik di Indonesia menurut saya carut marut, beberapa kawan-kawan yang memiliki jabatan tinggi, orang kajian, orang pendidikan dan segala macam dalam layar sebuah televisi mendiskusikan apapun juga.” katanya.
Menurutnya, politik adalah siasat, sementara agama adalah amanat. Oleh karena itu, keterlibatan nilai-nilai keagamaan dalam politik tidak bisa untuk dihindari.
“Aturan yang dibuat oleh manusia sering kali dilanggar. Bahkan aturan Tuhan pun banyak yang diabaikan. Maka, tidak heran jika ada pihak-pihak yang berupaya mendobrak kebijakan yang dinilai tidak adil, terutama oleh aktivis pergerakan dan akademisi,” tambahnya.
Dalam konteks ini, masyarakat terutama generasi muda, diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam mengawal kebenaran dan keadilan. Anak muda sebagai generasi penerus bangsa memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan arah Indonesia ke depan.
“Anak muda merupakan generasi bangsa yang harus bisa melihat mana yang baik dan tidak baik untuk negara tercinta Indonesia karena tujuan nya merupakan generasi Indonesia emas.” tandasnya.*** (Rifqi Syeikh)